Kamis, 23 Februari 2012

Vocaloid HORROR

 Inii diaaa....!!!
VOCALOID HORROR!!
I LOVE ITT!!
 Ini ada kaito, meiko, gakupo, luka, miku, len dan rin

Aku paling suka bagian ini..


 DARAH? kayak lagi HAID??
WTF!


 KILL! KILL! KILL! LIKE THIISS!!




KILL! KILL! KILL! LANJUTKANN!!

EAT MEE!! WUAHAHAA!


Trimakasihh, Aku emang agak sintingg...

blog baru

teman teman semuaa.. kalo mau liat dan baca storyku.. liat di blog satunya ya..
ini diaa!!
nessasstory.blogspot.com
ingat ingat, tinngg >.^

Rabu, 22 Februari 2012

MY FIRST LOVE STORY IN UNIVERSITY



“kriiiiiiiiiiiiiiiiiing~!” bunyi sebuah jam weker yang kemudian disusul dengan bunyi “brakk!”  tanda kalau sang pemilik jam weker yang malang itu telah terbangun. Mata coklatnya terbuka dan agak berat untuk dibuka. Diposisikan dirinya agar duduk dan langsung menguap lebar-lebar, sampai-sampai ada lalat, nyamuk, dan gajah(?) masuk kedalam mulutnya.
“ARINI! Bangun! Ayo makan!” terdengar suara seorang perempuan dari ruang makan.
“Iya.. aku bangun!” jawab si pemilik rambut sepinggang yang berantakan itu.
            Arini, seorang anak yang sederhana. Mahasiswi dari Universitas Delima Putih Bandung yang dapat diterima di sana karena Beasiswa. Membuka pintu kamarnya dan berjalan lemah menuju ruang makan. Disana, sudah menunggu seorang gadis yang memanggilnya tadi. Yang bernama Alya.
“yaampun... jam segini baru bangun? Kamu tidur jam berapa sih?” tanya Alya dengan marahnya sambil memukuli meja dengan ujung sendok.
(Oaahhmm~ *garukgarukpunggung) “ Yaaah~ biasa lah tugas kampus nompok neh..”
“Owh... yaudah nih!” jawab Alya sambil menyodorkan segelas teh ke Arini. “Biar gak ngantuk di kelas..”
“makasih..”
Tiba-tiba...
“Hallo..” terdengar sayup-sayup suara gadis dari dapur.    “GLUEK! Eh, Ar.. suara sapa noh?” tanya Alya dengan muka horror.
“Haaaallloooo~” makin lama makin terdengar.
“Jangan- jangan.........” gerutu Arini gemetaran.
1 detik...
3 detik..
9 detik...
“SETAAAAAAAAAAAAANNNNNN!!!!!!” Teriak kedua gadis itu. *lamaamatloadingnya?
“Hah? Sapa yang setan? Ini aku oneng~!” kata Resa, sahabat Arini dan Alya.       *duaghplakkduagh! pukulan dan jitakan indah dilontarkan kearah kepala Resa.
“Hieeeeh~ sakit conge’!” teriak Resa sambil mengelus kepala benjut(?)nya itu.
“MAKANYA.. JADI ORANG GAK USAH NYETAN!!” teriak dua gadis itu bersamaan secara merdu...


            Dengan menggembungkan pipinya, Resa menggumamkan kata  ‘dedemit’  kebanggaannya itu lalu berkata. “ya maap.. kan aku kagak sengaja.. aku cuma mau bawain makanan dari warteg deket kos-kosan. Soalnya semuanya dah pada pergi.. jadi gak tau mau makan ma sapa.” Jelas Resa lalu membuka plastik berisi semur ayam dan ikan goreng.
17 menit kemudian...
“wah.. tumben kamu bawa makannya enak begini.. tau aja kalo lagi gak ada yang masak..” kata Alya sambil mengisi gelasnya dengan air putih.
“yaylh... mknany mph darmh’ kn enkss!” jawab Resa dengan mulut penuh dengan makanan. *setdah.. maruk amat!         “telen dulu..” kata Arini sambil menyeruput minumannya.
GLEK! Yaiyalah.. makanannya mpok Darmi kan enak..”
“mpok Darmi? Kaya nama video jawa gokil yang ada di youtube..” komentar Alya sambil menyuapkan nasinya ke mulut.     “BUKAN, lain lagi.. kebetulan aja namanya sama..” jawab Resa.
            Sambil membereskan sisa sarapan mereka, Arini langsung memotong. “eh.. sekarang dah jam berapa yah?”
“umm...” gumam Alya sambil melihat jam tangan bergambar bunga-bunganya. “sekarang jam 07.30..”
Diam...
.
.
.
“HAH?! DAH JAM 07.30?! KITA BISA TELAT!!!”  histeris Arini sambil mengambil tasnya dari kursi dan berlari menuju pintu diikuti dengan Alya dan Resa.

5 menit kemudian...
“fuah... akhirnya~” teriak Alya sambil mengelap dahinya yang berkeringat.
“eh... ak masuk kelas dulu yah..” sahut Resa  yang baru Arini dan Alya sadari sudah berjarak jauh dari mereka. *dasardedemit!
“ya... aku juga ya... temen cheerleadersku dah dateng nih..” sahut Alya juga..
“daaaahhh~” jawab Arini.


            Jam istirahat berlangsung. Alya yang masih sibuk dengan latihannya dan Resa yang masih sibuk berkutat dengan kamera dan ‘sepasangjodohsamajenis’ yang dia ikuti sambil mencuri foto mereka. Arini yang mulai lelah karena harus mencari Resa. Terpaksa harus makan di kantin sendirian.
Alarm tanda masuk berbunyi.. semua mahasiswa harus masuk dan meneruskan pelajaran yang akan diberikan. Arini mendengus karena harus mewawancarai salah satu anggota Taekwondo di kampusnya itu. Ia kesal karena yang seharusnya mewawancarai adalah temannya. Tapi karena temannya tidak masuk, mau tak mau harus dia yang menggantikan.

Sampai di ruang latihan, Arini menghampiri seorang dengan sabuk berwarna hitam, tanda kalau dia adalah senior.
“permisi.. apa saya bisa mewawancarai salah satu anggota taekwondo disini?” tanya Arini dengan ragu- ragu.
“oh.. boleh saja..Dhimas! kesini sekarang!” panggil senior itu kepada salah satu anggotanya.
“ada apa sensei?” Tanya Dhimas.                         “kamu saya minta untuk menggantikkan wawancara ini. Jadi kamu yang harus diwawancarai, paham?”  
“iya sensei..” jawab Dhimas pasrah.
...
“oke... pertama-tama.. nama saya Arini dan boleh saya tahu nama anda dan sebagai apa anda di klub ini?” tanya Arini secara ‘profesional’.
“nama saya Dhimas Kurniawan Putra, saya sebagai anggota ketiga di klub ini.” Jawab Dhimas.
‘Dhimas...? Kurniawan Putra? Perasaan aku kenal deh? Heh! Mungkin aku salah.. kan banyak yang namanya Dhimas Kurniawan Putra!’ pikir Arini.
.
.
“hallo..? hallo..? kamu sakit?” tanya Dhimas sambil melambaikan tangannya.                       “ng.. ah enggak kok.. eh iya.. kamu dulu Sdnya dimana?” tanya Arini dengan tidak sopannya karena salah tingkah.
“ehm... dari SD Mawar Sari…”
Arini yang mukanya memerah langsung jatuh pingsan karena saking malu dan shocknya. Lalu Dhimas yang heran dengan Arini tanpa ba bi bu langsung menggotongnya menuju Ruang Kesehatan.


            “uuugh~ pusyiing...!” keluh Arini terbangun.          “ah sadar juga ni orang.” Gumam Dhimas sambil mengganti bajunya. Arini yang kaget karena apa yang akan ‘dilakukan’ Dhimas, secara refleks langsung menyodorkan pisau lipat pemberian ayahnya ke arah Dhimas. “jangan-pernah-coba-coba...” ancamnya.            
“heh! Siapa yang mau ngapa-ngapain kamu? Santai lho! Ni pisau juga buat apa lagi disodorin ke aku?! Kaya mau ngerampok aja!” judes Dhimas. “kamu gak apa-apa kan? Kamu tadi juga kelihatan kecapekan..” potong Dhimas.
“mungkin...” jawab Arini menyembunyikan kebenaran kalau dia sedang malu-malu anjing *lah?
“ngomong-ngomong.. tadi waktu kamu tanya SDku kamu juga kelihatan shock banget.. ada apa sih?” sekali lagi,potongDhimas dengan sok tau.
“ah gapapa kok... kamu kenal gak sama yang namanya Arini Dewi Sriratih?” jawab Arini sedikit gagap.
“iap... dia tuh anaknya latah banget dulu... juga dia ‘katanya’ suka gitu sama aku..” jawab Dhimas dengan pede nan alay nya.   Entah kenapa, ingin sekali Arini menendang laki-laki itu menuju kutub selatan ala tendangan kartun Tsubasa (baca : TiSUBASAh)
“egh.. kalo aku.. boleh..k-kasih tau.. aku.. yang namanya.. Arini itu” gagap Arini.
Diam...
Krik..krik..
Krik..krik..
Pok..pok..
Pok..pok..
Guk..guk.. *dilemparsepatu *gakusahbawabawahewanlaen!
“HAH?! ARE YOU SURE?!” sontak Dhimas dengan gaya yang ‘oh alaynya’.
“iya... itu aku..”
            Entah kenapa.. seperti Dhimas yang ingin pingsan sekarang, laki-laki itu langsung terdiam 10.000 bahasa. Arini yang mulai merasa bersalah langsung meluncur keluar dari Ruang Kesehatan.

Sepertinya ia sudah menemukan kembali orang yang dicintainya...



Keesokan harinya, Arini yang akan mewawancarai tentang perlombaan Basket antara Delima Putih melawan Harapan Tiga Bandung dan menulisnya di koran kampus DEPUTNEWS harus menghapiri pelatih tim basket DePut dan sedikit mewawancarainya. Tapi, sebelum menyapa sang pelatih, sebuah tangan berwarna putih halus menyentuh pundaknya. Kaget karena mengetahui milik siapa tangan itu, Arini mendorong Dhimas dan langsung berlari tanpa mempedulikan tugasnya. Tanpa berfikir, Arini langsung menuju lantai dua ke kelas biologi yang kebetulan sedang sepi.  Dengan nafas terengah-engah, ia mengunci kelas itu dan duduk bersembunyi dibalik meja, berharap Dhimas tidak melihatnya. Bayangkan saja kira-kira lelaki itu akan berkata apa jika menemuinya dan mengingat yang kemarin : “hei! Kenapa kamu harus bohongin aku? Dan lagi, ngapain kamu sampe bisa kuliah di kampus elit ini?!” membayangkannya saja membuat bulu kuduknya bergidik, lebih bergidik dari biasanya Resa yang selalu menakut-nakutinya di belakang dapur.
Drap..drap..drap..drap.. suara langkah sepatu yang sayup-sayup terdengar mulai keras dan seketika itu juga terdengar suara ‘tok..tok..tok’. Kaget, Arini langsung menekuk kedua kakinya dan entah kenapa pintu yang seharusnya dia kunci tiba-tiba terbuka dan menunjukkan siluet seseorang yang tinggi, ideal, mengenakan kacamata, dan.. ‘tampan’ datang menghampirinya dan berkata.
“ternyata kamu disini toh?” kata Dhimas dengan manisnya.
“k-k-kok kamu bisa buka pintunya?” tanya Arini takut karena seingatnya kunci kelas ini sudah ada dikantongnya.
“aku tau kalo kamu lari kesini, jadi aku pinjem kunci dari mas penjaga.. ngomong-ngomong.. kok kamu lari sih? Kamu takut karena kemarin aku masang muka gak enak yah? Maaf deh.. ya?”
“b-bener??”  tanya Arini.
“janji deh..” jawab Dhimas sambil mengacungkan jari telunjuk dan tengah membentuk ‘peace’
Tertawa kecil, Arini tersenyum tanda permintaan maaf diterima. Dhimas balas tersenyum dan mulai bertanya. “ kok kamu bisa kuliah disini?”   “itu karena aku, Alya, sama Resa dapet beasiswa.. jadi kuliah bareng deh disini..”   jawab Arini.
“berarti... kalian bertiga sekarang kuliah disini? Wah! Aku harus kasih tau Terry!” seru Dhimas.
“memang kenapa?” tanya Arini.     “kan kamu bilang Alya sama Resa disini kan? Kebetulan Terry kemaren tanya-tanya sekarang Alya kuliah dimana.. begono~”  “ooh~ hehehe..” jawab Arini dengan tertawa. “eh Arini.. aku baru tau kalo senyummu ternyata manis~” puji Dhimas. Arini yang mukanya memerah mulai meundukkan kepalanya. Kemudian Dhimas berkata “Kita temenan lagi yuuuk~!” seru gembira keluar dari mulutnya. “eh.. emm..iya deh..” Dhimas tersenyum mendengar jawaban Arini. Padahal, ia ingin lebih dari sekedar teman.. suatu saat nanti ia pasti akan mengatakannya..        
“will you be my girlfriend? My flower...”